Musik ; Sebuah Seni dan Simbol Perlawanan Oleh : Gawang Kristiana


UKM MUSIK GAS-21 | 07.38 |

Gawang Kristiana
Seni dan berkesenian merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi hampir seluruh umat manusia. Lebih- lebih jika hasil karya nya dapat di nikmati dan di terima di berbagai kalangan. Jika hal itu di lakukan dengan sungguh-sungguh seni akan melahirkan suatu keindahan yang dapat membius siapapun orang yang melihat , mendengar,atau merasakanya. Entah itu berupa suatu seni rupa, seni gerak,seni suara ataupun seni sastra.
 Ada yang berkata bahwa ; seni itu meliputi seluruh yang dapat menimbulkan getaran kalbu rasa keindahan .  Seni di ciptakan untuk melahirkan gelombang kalbu rasa keindahan manusia. Dan juga kiranya bisa di artikan bahwa seni adalah emosi yang menjelma menjadi suatu ciptaan yang kongkrit (S.Saripin,1960;6).
Seni merupakan keindahan yang tergambar dari luapan emosi manusia kemudian  di ciptakanlah sesuatu yang konkrit dan sesuai dengan apa yang di inginkanya. Ketika masa awal manusia mengenal seni musik, selain memang untuk berkarya mereka memanfaatkanya dalam meluapkan emosi atas kemarahan,kekecewaan,atau bahkan kegembiraan dan kebahagiaan.  Bahkan sebagai simbol perlawanan pun seni musik dirasa menjadi suatu  alternatif yang cukup menyenangkan bagi sebagian kalangan. Terutama bagi para seniman, dan musisi. Meskipun pada era awal masuknya musik modern yang datang  dari Negara barat kurang bisa di terima di negara kita pada masa pemerintahan Ir.Soekarno ,pelan tapi pasti para pecinta musik dan musisi lain pecinta musik terus bergerak menyelamatkan eksistensi  seni musik. Meskipun apa yang telah mereka lakukan mendapat kecaman dari pihak pemerintah maupun berbagai ormas lalu kemudian mereka melakukanya  melalui jalur bawah tanah. Pemerintah melarangnya karna negara tidak mau orang Indonesia kerasukan budaya barat yang telah di pandang budaya yang tidak cocok bagi iklim kultural orang ketimuran.
Katakanlah Koes Bersaudara atau “Koesplus Band” yang memulai awal karir nya pada era 60-an sebagai pendongkrak kemajuan blantika musik Indonesia . Mereka harus beberapa kali  bertempat tinggal di balik jeruji besi atas perintah Ir Soekarno karna di anggap jenis musik yang di bawakannya mengandung propaganda kepada masyarakat Indonesia untuk menerima budaya barat dan kemudian  membenci budaya asli Negri sendiri. Kemudian berikutnya di susul munculnya  grup-grup musik yang juga mulai naik daun pada waktu itu ialah D’Loyd, Panber’s, D’Mercys dsb. Meskipun  beberapa tahun hidupnya harus di habiskan  di penjara, para personel Koesplus tak berhenti berkarya. Di dalam penjara ia tetap menulis lagu dan berkarya. Meskipun secara jasmani raga nya terpenjara oleh kurungan besi, namun semangat jiwa nya untuk berkarya masih tetap bebas dan tak terbatas. Dan lirik-liriknya pun banyak menulis tentang ketidak puasanya terhadap pemerintahan yang berkuasa cukup semena-mena bagi kalangan seniman pada masa itu. Sehingga lagi-lagi orang-orang ini harus ber urusan lagi dengan aparat karna kasus perlawanan terhadap pemerintah. Di bawah rezim yang berkuasa pada waktu itu para seniman atau musisi masih cukup terkekang kehidupannya dan dalam berkarya nya.
Tak ubahnya setelah Rezim Soekarno tumbang kemudian di gantikan oleh Soeharto,kehidupan seniman bahkan juga masyarakat yang lain pun  tak mengalami kemajuan atau perubahan yang berarti. Para seniman,musisi atau sastrawan yang menulis entah itu lagu atau puisi malah banyak yang di tangkap dan di jebloskan ke penjara. Kesemena-menaan terhadap para kaum musisi dan seniman semakin merja lela pada era ini.akan tetapi ini tidak sedikitpun melunturkan semangat  para pahlawan seni untuk terus berkarya. Justru mereka malah lebih sering menciptakan karya-karya atau  lagu yang bertemakan sebuah perlawanan atau tentang raealita kehidupan para politikus pemerintahan  yang bergelimang hartanya dari hasil korupsi.
Pada tanggal 9 pebruari 2008, merupakan hari yang bersejarah bagi komunitas musik bawah tanah di Indonesia. Khusus nya di kota Bandung. Pada hari itu band Death Metal” Beside” asal kota bandung mengadakan sebuah konser di  gedung AACC yang berada di pusat kota Bandung. Namun ternyata konser yang di selenggarakan dalam rangka peluncuran album nya ini justru berujung bencana hingga menelan kurang lebih 11 korban jiwa. Sebab musababnya hal ini terjadi adalah, bahwa panitia lalai dalam hal penjualan tiket. Sehingga penonton yang seharusnya gedung itu hanya mampu menampung sekitar 500 orang membengkak menjadi 1000 orang lebih. Beberapa orang langsung meninggal di tempat karna berdesakan lalu kehabisan oksigen dan kemudian banyak yang mati  terinjak-injak.
Dalam hal segenting ini pun ternyata pihak Aparat yang berjaga di konser itu malahan seenaknya sendiri dalam bertindak. Mereka tidak langsung menangani para korban tapi malah menghajar secara membabi buta beberapa orang panitia. Aparat yang seharusnya membantu dalam bencana ini justru malah menambah ricuh suasana. Sehingga korban malah bertambah banyak karna keterlamabatnya mendapatkan pertolongan .
Insiden ini berimbas pada komunitas musik bawah tanah di Bandung. Selama beberapa bulan hingga menjelang awal tahun 2010 banyak event-event di kota kembang ini perijinanya di gagalkan oleh pihak Aparat. Karna pertunjukan semacam ini di anggap rusuh dan tidak tertib. Scene musik bawah tanah di cekal oleh pemerintah dan keberadaanya semakin memprihatinkan.
Justru dari kejadian ini, sebuah band seringai menelurkan albumnya yang ketiga. Dan  terinspirasi dari sebuah insiden di bandung beberapa tahun silam. Sebuah album bertajuk “TARING” menjadi sebuah album yang fenomenal dan menjadi mendapat respon yang luar bisa dari para fans maupun dari pihak lain yang merasa ikut prihatin atas musibah yang menimpa komunitas musik bawah tanah di Bandung  kala itu. Sebuah lagu apik bernafaskan perlawanan dan kritik terhadap perintah terhadap pencekalan komunitas musik bawah tanah berjudul “Dilarang Di Bandung” karya Arian 13 (vokalis Seringai) menjadi lagu andalan di album mereka ini.Pasalnya lagu ini meceritakan sebuah pencekalan habis-habisan yang di lakukan pemerintah dan para aparat terhadap komunitas musik metal di Bandung. Dimana kota Bandung yang di kenal sebagai salah satu kota berbudaya di Indonesia selama beberapa bulan mengalami mati suri.

"Satu tragedi takkan hentikan kami
Kegembiraan ini membekas disini
Mereka tak peduli,dengan suaramu
Dilarang di Bandung,sebuah masa depan
Generasi menjanjikan kini dipersulit"

Ketika komunitas ini di cekal habis-habisan oleh pemerintah karna attitude nya, justru malah mereka semakin menggila dalam berkarya. Tak peduli seberapa besar masalah atau rintangan yang mereka hadapi, manusia-manusia gila semacam ini justru semakin membabi buta dalam menuangkan kritik-kritik atau perlawananya. Penggalan lagu di atas adalah salah satu dari sekian banyak karya yang tercipta dari insiden tersebut. Dan bukan tidak mungkin keberadaan mereka menjadi ancaman besar bagi pemerintah,aparat. Lebih-lebih bagi musisi-musisi yang mengusung genre musik mainstream. Dan hanya mencari popularitas dan uang bagi niatnya bermusik. Yang juga sangat minim kualitas karyanya.  Serta saat ini mereka  sedang  bertengger  di atas awan blantika musik Indonesia.


1 komentar:

{ Unknown } at: 9 Januari 2016 pukul 01.41 mengatakan...

keren ulasannya bro, mampir diwarung kita juga ya jasa sablon gelas plastik bandung

Posting Komentar

 
UKM MUSIK GAS 21 IAIN SURAKARTA © 2013 Design by | Sponsored by UKM MUSIK GAS 21